BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap manusia pasti
memiliki keinginan atau harapan. Keinginan untuk memiliki rumah, misalnya, atau
keinginan untuk dapat sekolah setinggi mungkin, keinginan memiliki mobil,dan
lain-lain. Harapan atau keinginan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan,
lingkungan dan kemampuan.[1] Meskipun
terkadang tidak semua yang kita harapkan dan cita-citakan terwujud.
Jalan untuk
mewujudkan cita-cita tidaklah mulus. Pasti akan ada hambatan yang harus
dilewati. Setiap orang harus siap untuk melalui ujian ini. Gagal atau berhasil
adalah pilihan. Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan. Gagal adalah hal
yang wajar. Banyak orang yang berulang kali mengalami kegagalan dan akhirnya ia
menjadi orang yang berhasil. Ini disebabkan mereka menyikapi kegagalan dengan
positif. Mereka tidak menjadikan kegagalan sebagai penghancur cita-cita. Justru
dengan kegagalan yang mereka alami, mereka semakin termotivasi untuk berhasil.
Setiap manusia
memiliki motivasi dalam hidup. Motivasi dapat diartikan dengan tujuan. Motivasi
dapat muncul dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Motivasi yang muncul
dari diri sendiri sebenarnya lebih kuat jika dibandingkan dengan motivasi yang
muncul dari orang lain dan lingkungan. Alasannya, motivasi yang muncul dari
diri orang lain cenderung membuat kita bergantung pada orang lain. Begitu pula
dengan lingkungan.
Untuk dapat
memunculkan motivasi dari diri sendiri adalah dengan meyakini bahwa Allah telah
menciptakan manusia berbeda-beda dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kita harus memahami apa yang menjadi kelebihan kita dan memupuk rasa percaya
diri agar motivasi itu muncul. Dengan terus memotivasi diri kita dengan
kata-kata yang positif, kita akan semakin yakin bahwa kita mampu bangkit dari
kegagalan untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
1.2
Rumusan Masalah
Apa
saja yang dibahas dalam makalah yang
berjudul “Manusia dan Harapan” ?
Pertanyaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a.
Apa yang di
maksud dengan harapan?
b.
Mengapa manusia memiliki harapan?
c.
Apa hubungan
antara manusia dengan harapan?
d.
Apa yang di maksud dengan kepercayaan?
e.
Apa saja sumber motivasi?
1.3
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk dapat menjawab beberapa pertanyaan yang
tercantum dalam rumusan masalah di atas.
1.4
Manfaat
Manfaat
dari penyusunan makalah ini di antaranya :
a.
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian harapan serta
hubungan antara manusia dengan
harapan.
b.
Diharapkan agar terbentuknya mahasiswa yang optimis
dan mau berusaha untuk mencapai harapannya.
c.
Mahasiswa dapat menjadikan kegagalan sebagai
pengalaman.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Manusia
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk yang lainnya.[2] Manusia sebagai makhluk individu
memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa.
Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka
seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani
dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.[3]
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis,
rohani,
dan istilah kebudayaan,
atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata
dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep
jiwa yang bervariasi di
mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos,
mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi
kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan
teknologinya,
dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga
untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.[4]
Manusia pada hakikatnya adalah
sama dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang
untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran.
Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan
keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk
yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik.
Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para
pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara
manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.[5]
2.2
Harapan
Harapan berasal dari kata harap
yang berarti keinginan agar sesuatu hal terjadi atau terwujud.[6] Setiap
manusia pasti memiliki harapan atau yang biasa disebut cita-cita. Harapan atau
cita-cita pasti dapat tercapai apabila kita selalu mau berusaha dan
bersungguh-sungguh, walaupun pada akhirnya Allah yang menentukan.
Prestasi yang tinggi selalu
diawali oleh cita-cita yang tinggi.[7] Meskipun
sebenarnya lebih banyak ditemukan cita-cita tinggi membuat orang frustasi. Hal
ini akan terjadi apabila orang tersebut gagal dalam mencapainya. Manusia akan
menjadi kecewa apabila apa yang diharapkannya tidak sesuai dengan kenyataan.
Manusia manusia memang harus memiliki
cita-cita yang tinggi akan tetapi manusia juga harus mempersiapkan cita-cita
yang lain untuk mengantisipasi kegagalan yang mungkin saja terjadi.
Cita-cita merupakan hal yang
sangat penting. Cita-cita merupakan refleksi diri. Cita-cita merupakan suatu
gambaran dari diri seseorang tentang sifat, bakat maupun minatnya. Cita-cita
juga merupakan tujuan hidup.[8] Besar
kecilnya cita-cita seseorang tidak bergantung pada luas atau sempitnya wawasan.
Akan tetapi, kepribadianlah yang dapat menentukannya.
Menurut macamnya, ada harapan
optimis dan ada harapan pesimis. Harapan yang optimis artinya, sesuatu yang
akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara
rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan muncul. Dalam harapan yang
pesimis, ada tanda-tanda rasional tidak akan terjadi.[9]
2.3
Mengapa manusia
memiliki harapan?
Menurut kodratnya, manusia adalah
makhluk sosial, yang hidup saling berinteraksi. Terdapat dua dorongan dalam
diri manusia untuk saling berinteraksi, yaitu[10] :
·
Dorongan kodrat
Dorongan
kodrat adalah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah ada dalam diri
manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah. Misalnya menangis, bergembira,
berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia
mempunyai kemampuan untuk itu semua.[11]
·
Dorongan kebutuhan hidup
Kebutuhan
hidup adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah sandang,
pangan dan papan. Sedangkan kebutuhan rohani ialah kebahagiaan, kepuasaan,
ketenangan hati, dan sebagainya.[12]
Sehubungan dengan kebutuhan
manusia, Abrahan Maslow mengategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam,
yang merupakan lima harapan manusia, yaitu :
a. Harapan
untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival).
b. Harapan
untuk memperoleh keamanan (safety).
Setiap
orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir ia telah membutuhkan
keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan.
Setelah agak besar, setiap anak menangis dia akan diam setelah dipeluk oleh
ibunya. Setelah bertambah besar ia ingin dilindungi. Rasa aman tidak harus
diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun orang lain dapat
memberi rasa aman.[13]
c. Harapan
untuk memperoleh hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai.
Tiap
orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula
kesadaran akan hak dan kewajiban.[14]
d. Harapan
memperoleh status atau untuk diterima atau di akui lingkungan.
Setiap manusia membutuhkan
status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Setiap manusia yang lahir di
bumi ini tentu akan bertanya tentang statusnya. Status keberadaannya. Status
dalam keluarga, status dalam masyarakat, dan status dalam negara. Status itu
penting, karena dengan status orang tahu siapa dia.[15]
e. Harapan
untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self
actualization).[16]
Selanjutnya
manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau
kepangakatannya atau profesinya. Pada saar itu manusia mengembangkan bakat atau
kepandaiannya agar ia diterima atau diakui kehebatannya.[17]
2.4
Manusia dan Harapan[18]
Harapan
bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan
pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan diperlukan hal-hal berikut:
a.
Menentukan harapan yang
baik
b.
Mengetahui bagaimana
mencapai harapan tersebut
c.
Mempersiapkan mental
untuk menerima segala kemungkinan
Apabila manusia mengingat bahwa kehidupan tidak
hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan”
manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia
dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa
hari esok lebih baik dari pada hari ini, namun kita harus sadar bahwa harapan
tidak selamanya menjadi kenyataan.
2.5
Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata
percaya yang berarti mengakui atau meyakini kebenaran. Kepercayaan dibedakan
menjadi empat bagian, yaitu :[19]
a. Kepercayaan
terhadap diri sendiri.
Kepercayaan
terhadap diri sendiri perlu ditanamkan pada setiap pribadi manusia. Percaya
terhadap diri sendiri pada hakikatnya percaya kepada Allah. Percaya terhadap
diri sendiri adalah menganggap diri tidak salah dan yakin dirinya mampu
mengerjakan apa yang dipercayakan terhadapnya.
b. Kepercayaan
terhadap orang lain.
Percaya
terhadap orang lain dapat berupa percaya kepada orang tua, saudara, guru atau
siapa saja.
c. Kepercayaan
terhadap pemerintah.
Karena
pada dasarnya negara berorientasi pada Tuhan dan kepentingan rakyat, maka sudah
seharusnya sebagai warga negara mempercayai pemerintah.
d. Kepercayaan
terhadap Tuhan.
Percaya
terhadap Tuhan adalah hal yang sangat penting karena manusia diciptakan oleh
Tuhan. Tuhan tidak dapat menolong umatnya apabila umatnya tidak percaya
kepadanya.
2.6
Motivasi[20]
Salah satu sebab mengapa kita
disebut manusia adalah karena kita memiliki motivasi. Dalam terminologi religi,
motivasi dipahami sebagai niat. Motivasi dapat datang dari diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. Walaupun pada kenyataanya, orang lebih banyak termotivasi
oleh orang lain dan lingkungan. Sebenarnya, ini akan membuat kita menjadi
sangat bergantung terhadap hal tersebut. Motivasi yang datang dari diri sendiri
lebih kuat dan akan lebih bertahan apabila dibandingkan dengan motivasi yang
datang dari orang lain dan lingkungan.
Adapun sumber motivasi menurut
Satria Hadi Lubis, adalah :[21]
a. Visualisasi
Visualisasi membuat seseorang
membayangkan tujuan atau hasil usahanya dengan jelas dan detail.
b. Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan sumber
pemicu motivasi.
c. Kenyamanan
d. Gerakan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan :
a. Harapan
berarti keinginan agar sesuatu hal terjadi atau terwujud.
b. Manusia
adalah makhluk sosial, yang hidup saling berinteraksi, dan terdapat dua
dorongan dalam diri manusia untuk saling berinteraksi, yaitu dorongan kodrat
dan dorongan kebutuhan hidup.
c. Harapan bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang.
d. Kepercayaan
berarti mengakui atau meyakini kebenaran.
e. Sumber
motivasi adalah visualisasi, tanggungjawab, kenyamanan dan gerakan.
3.2 Saran
Penulis
menyadari dalam pembuatan makalah ini tidaklah sempurna dan masih banyak yang
harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar untuk di kemudian hari penulis dapat menyusun
makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mustofa, Ilmu
Budaya Dasar., (Bandung : Pustaka Setia)., 1999., hal. 170
Ramdani Wahyu, Ilmu
Budaya Dasar., (Bandung : Pustaka Setia)., 2008., hal. 194
Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar., (Bandung : Refika ADITAMA)., 2007., hal.106
Jumadi Subur, 99
ideas for happy life., (Bandung : ZIP BOOKS)., 2008., hal.8
[6] Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar., (Bandung : Pustaka
Setia)., 1999., hal. 170
[7] Ramdani Wahyu, Ilmu Budaya Dasar., (Bandung : Pustaka
Setia)., 2008., hal. 194
[8] Ibid., hal. 197
[9] Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar., (Bandung : Refika
ADITAMA)., 2007., hal.106
[11] Ibid.
[12] Ahmad Mustofa, Op.Cit., hal. 171
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[19] Ahmad Mustofa, Op.Cit., hal. 171
[20] Jumadi Subur, 99 ideas for happy life., (Bandung : ZIP
BOOKS)., 2008., hal.8
[21] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar